(Kisah) Aulia

in #story6 years ago

image

Aulia.... Ya itu nama wanita yang paling kucinta, melebihi apa pun yang ada di dunia ini.

Aku mengenalnya dari media sosial saat diriku menyentuh titik terendah dalam hidupku.

Kehadirannya bagaikan tetesan hujan yang jatuh ke bumi setelah kemarau panjang.

Ia memberiku semangat dan alasan untuk melanjutkan hidup ini.

Setelah bertemu dengannya hari hari ku pun dipenuhi dengan suka cita. Canda dan tawa selalu mengisi deretan huruf chat ataupun obrolan di telfon.

Ya kalian mungkin menyadarinya jikalau kami harus menjalani hubungan jarak jauh. Satu satunya penderitaan yang ku rasa hanya rasa rindu yang tak terbendung.

Kita memang jauh tapi masing masing merasakan kebahagiaan dan itu sudah cukup untuk kami. Cukup ya cukup untuk saat itu saja.

Hari pun berganti bulan dan tak terasa hubungan kami hampir masuk tahun pertama. Mulai lah rasa rindu menjadi posesif dan protektif. Manja menjadi rengekan yang tak kunjung habis. Alasan pemicunya tetap karena jarak yang membatasi kita.

Sampai suatu hari kita mulai tak acuh lalu bertengkar hebat dan akhirnya kita diam. Akan tetapi tidak ada yang berani mengatakan kata pisah. Karena sama sama tau kita saling mencintai, hanya keadaan yang melemahkan kita.

Beberapa hari ku tak bicara dengannya, tidak juga ada chat. Aku terbangun dari tidur yang serasa amat panjang. Rasa rinduku kembali muncul dan kali ini tak terkendali. Aku pun segera menemuinya, yang ku harapkan aku bisa melihat wajahnya yang kegirangan saat melihatku.

Tetapi itu semua hanya angan angan semata, yang kulihat hanya gadis yang selalu menangis. Apa ini salahku yang tidak menghubunginya, aku berfikir ini kesepakatan bersama untuk diam.

Aku tak bisa melakukan apa pun, tak berani berkata, tak berani menyentuhnya, hanya diam memperhatikannya.

Pagi menjadi siang, siang menjadi malam dan malam pun berganti menjadi esok. Aku tetap setia menunggunya agar sedikit tenang sehingga aku dapat mendekatinya.

Akan tetapi tangisannya tidak berhenti, matanya selalu basah. Dan aku yakin ia sedikitpun belum makan ataupun minum.

Hey kalian yang disana, apa yang harus ku lakukan jika kalian menjadi diriku? Halo? Hemm mungkin kalian tidak peduli, sehingga mungkin aku harus memperhatikannya sebentar lagi. Intuisi ku berkata tak lama lagi bukan hanya jarak, waktu dan dunia pun tak akan bisa memisahkan kita.

Tamat

(cerita fiktif yang didasari dari kisahku bersamanya)