You are viewing a single comment's thread from:

RE: Please Stop Racism at School! - Tolong Hentikan Rasisme di Sekolah! (Eng - Ina)

Aduh... saya nggak bisa komentar lagi mbak. Mungkin ini yang menjadi penyebabnya.
http://m.dw.com/id/romo-magnis-pendidikan-budaya-di-indonesia-dihabisi-oleh-formalisme-agama/a-40840690
Pendapat romo Magnis mungkin ada benarnya :)

Kalau ditanyakan mengenai pendidikan budaya, saat ini pendidikan budaya itu sangat lemah. Dimakan habis oleh isu agama, yaitu agama yang formalistik. Jadi wacana budaya terdesak oleh pengaruh pemikiran sempit agama yang sangat formalistik. Dan di sana tidak ada unsur budaya lagi. Pemikiran formalistik juga tidak mengajarkan agama dengan baik. Hanya formalisme saja. Jadi pendidikan budaya memang masih sangat lemah.

Misalnya, mengapa tidak secara intensif dilakukan kegiatan baca sastra Indonesia? Indonesia kaya sekali dengan karya sastra, banyak sekali sastrawan muda. Tulisan-tulisan mereka, seperti Okky Madasari, diterjemahkan misalnya ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Tetapi di Indonesia, mereka justru tidak dibaca, tidak diajarkan. Padahal, dengan membaca buku, budaya, hati dan wawasan bisa diperluas.

Sebenarnya, kalau ada orang bertanya Indonesia itu apa, baca saja sastranya. Di situ ada semua aspek kehidupan. Jadi, apa yang disebut kepekaan budaya, itu yang tidak ada dalam pendidikan budaya di indonesia.

Sort:  

Saya sependapat dengan beliau tetapi bukan hanya soal membaca, karena kita sudah banyak yang rajin membaca, tetapi tidak juga paham arti dan makna tulisan yang dibaca walau sudah berulang-ulang dan hafal serta fasih. Justru itulah saya selalu ingatkan untuk belajar menulis dengan baik dan benar juga, karena orang yang belajar menulis baik dan benar akan lebih paham dalam membaca. Allah pun menulis agar kita membaca, dan memberikan contoh bagaimana menulis yang baik dan benar agar paham isi dari apa yang Allah tuliskan. Makanya jangan heran bila semua ulama dari agama pun dulu, sangat antusias dan pandai menulis, bukan hanya berucap dan menghafal serta menasehati. Mereka benar-benar dalami, hayati, pelajari, dan ekspresikan dalam kata-kata mereka sendiri tanpa harus mencopas atau mengkopi tulisan yang sudah ada, memberikan contoh dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, itu yang membuat mereka hebat. Kini? Semua hanya pandai bicara, baca pun hanya sekedar baca sehingga kata tidak ada arti dan makna. Pembodohan pun mudah dilakukan dan diteruskan jika tidak mau berubah dari diri sendiri. Terima kasih banyak @happyphoenix!