Siapa Sangka Lelaki Ini adalah Legenda Indonesia yang Mendunia?steemCreated with Sketch.

in #sejarah7 years ago

imageDok. pribadi Tatang Koswara.

Satu peluru satu musuh jatuh — inilah slogan terkemuka milik Tatang Koswara.

Satu peluru satu musuh jatuh — inilah slogan terkemuka milik Tatang Koswara. Ia adalah sniper atau penembak jitu berasal dari Indonesia yang paling melegenda di dunia. Bahkan, ia adalah orang yang paling berbahaya di dunia bersama penembak jitu legendaris lainnya yang berasal dari Finlandia, Rusia, Jerman, Amerika Serikat dan Kanada. Menurut penulis buku Peter Brookesmith dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons yang mengulas tentang penembak jitu terbaik dunia, Tatang termasuk 14 besar Sniper’s Roll of Honour di seluruh dunia.
Secara spesifik, sniper terlatih dalam bersembunyi dan tentunya ahli dalam berkamuflase. Para sniper sudah mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik bersembunyi, pemakaian kamuflase, keahlian pengintaian dan pengamatan, serta kemampuan infiltrasi pada garis depan. Hal tersebut membuat sniper memiliki peran strategis yang tidak dimiliki penembak lainnya.
Sniper sendiri merupakan sebuah bagian terpisah dari regu infanteri melainkan disematkan pada tingkat batalyon dan tingkat kompi. Fungsinya sangat penting sebagai pengintai yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi di lapangan yang sangat berharga. Sniper pun memiliki efek psikologis terhadap musuh sehingga keberadaannya di medan tempur sangat diharapkan. Sniper beroperasi dalam jarak jangkauan jauh sampai dengan 1500 meter, bahkan terkadang lebih dari menggunakan senapan runduk bolt-action khusus.
Darah militer Tatang Koswara yang kemudian menempanya menjadi seorang pasukan tempur ulung memang sudah mengalir dari sejak kecil. Ibunya, Arjenah, yang bersuku sunda asal Banten, Jawa Barat menikah dengan Abdurrahman, anggota kepolisian RI yang bertugas di satuan Brigade Mobile (Brimob) di Banten yang selanjutnya bertugas di Medan, Sumatera Utama. Tidak lama kemudian, lahirlah Tatang pada 12 Desember 1946 dari keluarga militer yang bahagia itu. Nama bayi laki-laki yang kelak akan mengguncangkan sejarah militer Indonesia dan dunia itu, aslinya bukan Tatang, melainkan Habib Abdurrahman.
Rupanya sang ayah ingin mengabdikan nama dirinya kepada anak laki-laki pertamanya itu agar kelak menjadi seorang anak yang soleh dan berbakti kepada bangsa dan negara. Sayangnya, dalam awal masa Indonesia merdeka, banyak konflik yang harus dihadapi oleh Pemerintah RI yang masih hijau. Maka dari itu, ayah Tatang jarang ada di rumah karena harus turun ke medan konflik demi menegakkan bendera Merah Putih. Kala itu, konflik bersenjata militer RI dan PRRI meletus dalam bentuk pertempuran berskala besar. Dalam suatu penyergapan, pasukan mengalami kehancuran akibat gempuran mortir yang menyebabkan sejumlah pasukan gugur, termasuk ayah Tatang dan sempat menghilang dengan identitas yang disembunyikan.
Delapan bulan kemudian, merasa parah, akhirnya ibunya menikah lagi dengan anggota TNI asal Jawa Barat, Omod, yang kemudian membawa seluruh keluarga Tatang pindah ke Jawa. Masa kecil Tatang diwarnai dengan kehidupan yang selalu menyatu dengan alam. Tatang juga dikenal pintar berburu ikan di sungai serta berburu babi hutan menggunakan senapan locok dengan strategi yang secara alami dan tidak sengaja ia bentuk. Walaupun ia mulai membuat ikatan dengan ayah tirinya, tetap tidak membuat ia diperlakukan dengan adil.
Ia dituduh mencelakai adik tirinya yang kemudian membuat ayah tirinya murka dan memberinya hajaran ala militer. Ia pun memilih kabur dari rumah dan berkeliaran di kawasan pedesaan pertanian Ujung Kulon. Demi bertahan hidup, Tatang yang terus melanjutkan perjalanan tanpa arah tertentu kadang hanya makan singkong mentah yang tumbuh liar dan minum air dari selokan air di sawah-sawah yang mengalir. tunggu saja untuk update selanjutnya?

terima kasih

Sort:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.hipwee.com/narasi/siapa-sangka-lelaki-ini-adalah-legenda-indonesia-yang-mendunia/