Akibat Sombong

in #indonesia7 years ago (edited)

Salam teman-teman Steemian,

Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman pribadi saya. Pengalaman pribadi sangat berkesan dan memberikan sebuah pelajaran untuk saya.

Sekitar 2 tahun lalu, salah seorang teman saya kehilangan dompet yang dengan teledor ia taruh di bagasi depan motornya. Meski sudah dicari keliling kampus dan jalan-jalan yang habis dilewatinya, dompet tersebut tidak juga ketemu. Ia kemudian menyimpulkan bahwa dompetnya hilang diambil orang. Air mata bercucuran membasahi pipi dan melunturkan eyeliner-nya. Banyak kartu penting, alasan tangisnya.

Melihatnya menangisi sebuah dompet, saya berpikir bahwa sikapnya terlalu lebay, terlalu berlebihan. Karena kartu-kartu yang ia tangisi tersebut masih bisa diurus dan diganti. Saya juga berandai-andai, jika hal itu terjadi pada saya, jika dompet saya hilang, saya tidak akan menangis seperti dia.

IMG_0011.JPG

Saya bersama teman saya yang kehilangan dompet :D

Dua hari kemudian, boomerang kesombongan dan takabur yang sudah saya lempar dua hari yang lalu, berbalik arah dan mengenai diri saya. Dompet saya hilang, beserta tas dan isinya yang lain; buku, catatan, tempat pensil, kacamata, bungkus payung, dan yang paling menyesakkan dada adalah kebab yang masih hangat. Beruntung HP aman di kantong celana.

Seperti dompet teman saya yang, ia simpulkan sendiri, hilang diambil orang, tas saya pun begitu. Namun bedanya saya melihat dan mengalaminya langsung bagaimana tas tersebut tersebut hilang. Yaitu karena DIJAMBRET. Salah satu “pengalaman” yang tak akan pernah terlupakan, bahkan pakaian yang saya kenakan pun masih melekat jelas di pikiran, apalagi suasana sebelum kejadian.

Saat itu, rintik hujan masih berjatuhan, payung pun masih dalam genggaman, dan tas hitam itu masih dalam gendongan, namun jalanan saat itu sedang sangat sepi dan berjarak tiga rumah dari kos, sang penjambret beraksi. Tubuh saya tersungkur dan dalam sekejap tas di gendongan sudah berpindah tangan ke balik jas hujan penjambret bermotor tersebut.

1 detik, 2 detik, 3, 4, 5, 6, saya hanya memandang punggung sang penjambret menjauh, mulut tercekat tak bisa berteriak. Shock, begitu kata teman-teman yang mendengar cerita ini. Setelah tersadar, saya segera berlari, mencari seseorang untuk dimintai tolong. Sementara kaki sibuk berlari, tangan yang masih gemetaran segera mengambil HP dari saku celana dan menelepon ibu saya untuk “mengabarkan” bahwa anaknya habis dijambret. Tangan yang lecet dan berdarah, menambah kepiluan hati ini. Saya pun menangis.

Sekian dan terima kasih sudah membaca

Terima kasih juga kepada kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore serta teman-teman Komunitas Steemit Indonesia atas dukungannya.

Salam

Follow Me.jpg

Sort:  

Ambil hikmahnya. Lain kali jangan terulang. Jangan lupa kunjungi blog saya.

Siaaap! Terima kasih sudah mampir :)