Puisi Bukan Golput

in #indonesia6 years ago

Ahmadun Yosi Herfanda

 

DOA SEORANG HAMBA

YANG SEDANG KAPOK MENCOBLOS

 

Tuhan, hamba bukan golput

hamba hanya ingin berkata jujur saja

bahwa hamba sedang kapok mencoblos

Hamba kapok masuk bilik kecil itu lagi

Sebab setiap yang hamba pilih

Selalu membuat kecewa berat

Setiap yang hamba coblos

Selalu membuat hamba menangis

Di belakang hari

 

Hamba pernah pilih caleg aktivis jalanan

Yang gagah berani dan bersuara vokal

Yang siap memperjuangkan keadilan

Bagi orang kecil dan para pekerja

Tapi setelah menjadi anggota dewan

Tak pernah terdengar lagi suaranya

Ternyata ketika tertangkap kamera

Ia tengah tertidur di kursi empuknya

Ketika sidang dewan sedang membahas

Rancangan undang-undang tenaga kerja

 

Hamba pernah pilih caleg cantik dan suci

Tapi tak lama setelah jadi anggota DPR RI

Ia masuk bui karena korupsi

Hamba pernah pilih caleg berpeci

Yang suka menyitir ayat-ayat suci

Tapi setelah duduk di kursi dewan

Ia juga masuk bui karena gratifikasi

Hamba pernah pilih caleg berdasi

Tapi ujungnya juga masuk bui

Karena mencuri sepiring nasi

Hamba benar-benar jadi bingung

Harus memilih yang mana lagi

Ketika beribu wajah caleg,

Dengan warna-warni topengnya

Berseliweran di dunia maya

Menghiasi gang-gang sempit

Dan jalan-jalan raya

Mulut mereka terbuka lebar

Bagai kakap-kakap besar

Sedang mengincar mangsa.

Tuhan, hamba benar-benar jadi galau

Dan takut masuk bilik kecil itu lagi

Karena dengan masuk bilik itu

Hamba merasa ikut mempercepat

Mereka masuk penjara

Maka, ampunilah hamba

Hamba bukan golput

Sungguh hamba bukan golput

Hamba hanya sedang kapok

Mencoblos di bilik kecil itu lagi!

Hamba benar-benar kapok!

Pamulang, 17 Nov. 2018

Tuhan, Aku Berlindung Padamu

tuhan, aku berlindung padamu

dari godaan tuhan-tuhan baru

yang bermunculan di sekelilingku

aku berlindung padamu

dari rongrongan manusia-manusia

yang mempertuhan selain engkau

aku berlindung padamu

tuhan, aku berlindung padamu

walau engkau makin dilupa

dan disepelekan pemimpin-pemimpinku

aku berlindung padamu

walau di mana-mana engkau digusur

diganti cukong dan pejabat tinggi

yang menganggap kata-katanya

lebih tuhan daripada engkau

aku berlindung padamu

aku berlindung padamu

walau di pinggir-pinggir jalan

engkau diejek bendera-bendera parpol

walau di kantor-kantor

kursi direktur menggantikanmu

walau di mana-mana

kekuasaan menjadi tuhan baru

aku berlindung padamu

tuhan, aku berlindung padamu

sebab hanya engkau

tuhan yang sejatinya tuhan

kekuasaan yang sebenarnya kekuasaan

aku berlindung padamu

***

JAKARTA, KOTA YANG SELALU

MEMBUATKU BAHAGIA

Jakarta, kota yang selalu membuatmu bahagia

Lampu-lampu warna di malam tiba

celoteh anak sekolah di halte trans jakarta

bau keringat tukang sayur di KRL pertama

dan siulan kernet-kernet angkutan kota

selalu membiusku untuk tertawa pada dunia

dan kemacetan di jalan-jalan raya

ya, kemacetan yang makin gila itu

membuatku selalu mabuk

kembali dalam pelukannya

Siapa kata Jakarta kota yang menjengkelkan

Ini kota yang sangat menyenangkan

Siapa kata Jakarta kota yang membosankan

Ini kota yang sangat mengasyikkan

Siapa kata Jakarta bakal ditinggalkan

Ini kota yang sangat dirindukan

: jutaan manusia tiap hari

  menyusu pada Jakarta

  jutaan pencari kerja tiap saat

  merindukan uluran tangannya

Di Jakarta tersedia racun dan gula

yang nyaris sama rasa dan aromanya

Di Jakarta tersedia sorga dan neraka

yang tumpang-tindih batas arealnya

Di Jakarta juga hidup setan dan dewa

yang sulit dibedakan raut wajahnya

Jakarta, kota yang selalu

membuatku bahagia

hingga akupun betah di sana

lupa pulang kampung

dan lupa silsilah keluarga

Jakarta, Oktober 2014

<br /><center><hr/><em>Posted from my blog with <a href='https://wordpress.org/plugins/steempress/'>SteemPress</a> : https://www.sembahyangrumputan.com/2019/02/01/puisi-bukan-golput/ </em><hr/></center>