#betterlife , #thediarygame #indonesia

in #betterlife4 years ago

16056206533554761847289075341794.jpg

Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Saya masih dalam perjalanan pulang usai bekerja. Terhimpit di tengah-tengah padatnya penumpang kereta ekonomi malam menuju Bogor. Ketukan roda besi kereta yang teratur membentur sambungan rel, membuat saya merasa seperti di buai. Kantuk datang seiring kelelahan tubuh yang semakin terasa.

Saya berdiri bersandar ke dinding luar kereta, tepat disebelah pintu tengah gerbong ketiga. Di sebelah saya, seorang anak muda memakai kemeja rapi dan dasi terpasang longgar di kerah bajunya. Kelihatannya pekerja kantoran. Wajahnya terlihat lelah dan matanya sesekali terpejam. Dia berdiri bersandar ke dinding, sama seperti saya.
Sepasang earpiece menyumbat telinganya dan menghubungkannya ke pemutar musik di saku baju.

Saya tersenyum, earpiece itu dikenakannya seperti alat bantu dengar. Kabelnya menjuntai sembarangan. Saya bahkan tak perlu menebak jenis lagu yang didengarnya karena serangkum nada masih lolos sampai ditelinga saya.
Suaranya masih cukup jelas, seperti mendengarkan radio AM jaman dahulu, entah seberapa besar volume musik itu ditelinganya.
“ Not bad lah seleranya,” pikir saya.
Sebuah lantunan lagu The Massive terdengar. Kalau tak salah judulnya adalah ’Jangan Menyerah’. Yah, Lumayan lah.. buat hiburan ringan dalam perjalanan ...

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Lagu itu membuat saya ingat pada istri dan anak-anak saya....
Alasan saya rela naik kereta berdesakan seperti ini nyaris setiap malam.

Saya memang selalu pulang naik kereta listrik malam, angkutan murah meriah buat pekerja commuter seperti saya. Bekerja di Jakarta, tapi tinggal di luar kota. Pulang pergi setiap hari. Setiap malam pulang dengan suasana selalu sama, disesaki para pekerja yang tampak kelelahan.
Setiap gerbong kereta seharusnya hanya berisi 48 orang duduk dan 87 orang berdiri, tapi kenyataannya lebih dari 300 orang berdesak-desakan didalamnya. Itupun saat bukan peak hour... kalau sudah jam sibuk, bisa sampai dua kali lipatnya.
Menurut data PT. KAI tahun 2003, lebih dari 80 ribu orang menggunakan jasa kereta api sebagai sebuah angkutan commuter harian. Hanya seperenamnya yang menggunakan kereta api eksekutif. Sisanya naik kelas ekonomi seperti saya.

Sebenarnya naik kereta ekonomi malam hari bisa menyenangkan, kalau saja saya sedang tidak terlalu lelah. Banyak percakapan, banyak wajah dengan ratusan cerita. Di kereta ekonomi malam bisa ditemukan bermacam-macam manusia. Pria, wanita, tua, muda, eksekutif, dan buruh. Biasanya saya suka mengamati orang-orang seperti mereka. orang-orang yang tak bernama. Orang yang sering kita lewati begitu saja di jalan raya, di kantor atau bahkan dilingkungan rumah kita, tanpa merasa perlu tahu siapa mereka dan kenapa mereka ada disekitar kita.
Orang-orang biasa seperti saya juga.

Saya ada di kereta api dengan ratusan orang seperti saya. Orang-orang pinggiran yang tak berwajah dalam dunia bisnis. Penting bagi produktivitas tapi jarang sekali diperhatikan. Pekerja kecil yang bergerak presisi bagaikan roda gigi dalam sebuah jam, Berangkat pagi buta, pulang larut malam. Selalu begitu terus menerus setiap hari.
Yah, ini dunia saya.
Tidak ada penyesalan atau rasa iri di wajah orang-orang biasa ini. Yang ada hanya kelelahan luar biasa, setelah seharian mencari rejeki.

Saya perhatikan seorang wanita cantik di depan saya. Pakaiannya ber merk dan masih rapi sampai semalam ini. Tangannya yang bergantung ke pegangan atas kereta memudahkan saya mengintip ke jam tangan Beneton palsunya. Pasti itu palsu sebab huruf T nya cuma ada satu.
Sejenak senyuman mengejek merekah di bibir saya, tapi hanya sejenak. Senyuman itu berubah jadi seringai malu saat ingat sepatu yang saya pakai juga bermerek Rebok, dengan satu huruf e.
Ah, sesama pengguna imitasi dilarang saling ganggu...

Waktu di jam tangan wanita itu sudah menunjukkan pukul 1700 sampai rumah jam 21. Cape banget saya ga sempet meliat anak anak ku Kelihatannya saya tidak akan sempat lagi bermain dengan anak-anak, mereka pasti sudah tidur saat saya sampai. Padahal besok pagi mungkin harus terburu-buru berangkat sebelum mereka bangun.
Saya mendadak merasa kesepian.
Padahal di sekeliling saya ratusan orang masih berdesakan. Beberapa orang mengobrol dan tertawa, beberapa murung menyendiri, sementara sebagian lainnya terlalu lelah untuk berekspresi. Kami semua sedang dalam perjalanan pulang.
Perjalanan ini memang melelahkan. Butuh waktu sekitar 1 jam 15 menit, dari stasiun Cawang, di Jakarta sampai ke stasiun Bogor. Selama itu pula saya harus berdiri dan berdesakan. Lelah dan mengantuk, tapi perasaan gembira mendadak menyelinap di hati.
Saya memang masih dalam perjalanan yang melelahkan, tapi paling tidak saya dalam perjalanan pulang...
Perasaan saya jadi menyenangkan. Campuran rasa lelah setelah selesai tugas, bahagia karena akan pulang, dan rindu pada keluarga saya. Cocoknya suasana hati saat ini diiringi alunan ‘breathless’ nya the Corrs, sayangnya suara kresek-kresek dari earpiece orang sebelah malah mengalunkan sebuah lagu yang pernah populer di masyarakat.

Sort:  

dear pak @saripudin , harap cantumkan tanggal postingan anda.

Salam @nazarul

Congratulations, your post has been upvoted by @scilwa, which is a curating account for @R2cornell's Discord Community. We can also be found on our hive community & peakd as well as on my Discord Server

Manually curated by @blessed-girl

r2cornell_curation_banner.png

Felicitaciones, su publicación ha sido votado por @scilwa. También puedo ser encontrado en nuestra comunidad de colmena y Peakd así como en mi servidor de discordia